AKTUALITA.CO.ID – Pelemahan rupiah yang terus mendekati Rp16 ribu per dolar AS belakangan ini membuat sejumlah perajin tempe dan tahu cemas.
Pasalnya, ketergantungan Indonesia terhadap kedelai impor sama sekali tidak turun. Kondisi ini terjadi di tengah rupiah yang amblas 19 poin atau minus 0,12 persen ke level Rp15.938 per dolar AS pada akhir pekan kemarin.
“Jadi dari pandangan teman-teman perajin tempe dan tahu, sekarang ini di seluruh Indonesia sudah gelisah dengan kenaikan harga kedelai tiap minggu. Impornya itu sampai sekarang tidak berubah, 90 persen lebih impor dan hanya 10 persen lokal,” kata Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) Aip Syarifuddin dikutip dari CNN, Senin (30/10/2023).
Ia mengungkapkan harga kedelai saat ini sudah menyentuh Rp13 ribu hingga Rp13.500 per kg. Menurutnya, angka tersebut sudah melebihi harga acuan yang ditetapkan Badan Pangan Nasional (Bapanas).
Aip menuntut pemerintah turun tangan mengatasi lonjakan harga kedelai di tengah pelemahan rupiah ini. Salah satu poin permintaan para perajin tempe dan tahu adalah gelontoran cadangan pangan pemerintah (CPP) demi menstabilkan harga.
“CPP itu tidak kunjung datang, baik oleh Bulog, Bapanas, atau BUMN pangan. Sehingga kemarin kita protes dan bikin surat resmi ke Bapanas minta supaya ada solusi. Ternyata di dalam rapat via Zoom Meeting minggu lalu dengan Bapanas itu belum ada solusi,” klaimnya.
Gakoptindo mengaku dilema dengan kondisi ini. Para perajin sejatinya ingin menaikkan harga tempe dan tahu. Tetapi mereka diprotes oleh para penjual olahan kedelai di pasar.
Karena masalah itu ia mengklaim sebanyak 5 juta anggota perajin tempe sudah ancang-ancang mogok kerja dan menggelar demonstrasi. Namun, Aip menahan para anggotanya tersebut demi keberlangsungan hidup rakyat banyak.
“Tukang (perajin) tempe dan tahu ini sudah berlangganan dengan penjual di pasar. Jadi, kalau kita naikkan harga tempe dan tahu, pedagang marah sama kami, ‘Naik melulu, naik melulu. Ini sudah ditipisin, dikecilin, ini itu’,” curhat Aip.
“Jadi please Menteri Perdagangan (Zulkifli Hasan) itu bikin pengumuman kalau (harga) tempe dan tahu naik tolong dimengerti bahwa ini keterpaksaan. Kami juga usul berikan bantuan kepada kami seperti tahun lalu, apakah ada subsidi, bantuan transportasi, dan lain-lain. Sekarang ada gula, beras, dan minyak murah, kok kedelai tidak dibantu? Kok kami tukang tempe dan tahu tidak dibantu?” tandasnya.
Rupiah terus melemah mendekati level Rp16 ribu belakangan ini. Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pelemahan rupiah bukan karena lesunya mata uang Garuda.
Meski level rupiah mendekati Rp16 ribu per dolar AS, sang Bendahara Negara menganggap mata uang Negeri Paman Sam lah yang menguat.
Kendati, wanita yang akrab disapa Ani itu mengakui memang ada aliran modal asing cukup deras yang keluar dari Indonesia pada September 2023 hingga Oktober 2023.
“Sebetulnya rupiah kita dalam posisi relatif baik depresiasinya. Meskipun, orang Indonesia biasanya lihat nominal, tapi kalau lihat pergerakan nilai tukar year to date (ytd) depresiasinya di 0,7 persen,” ujar Ani dalam Konferensi Pers APBN KiTA, di Kemenkeu, Jakarta Pusat, Rabu (25/10).
“Jadi, penyebabnya mungkin bukan rupiahnya, tapi dolarnya (AS) yang menguat. Dolar dengan interest rate tinggi, kita lihat dxy (US dolar index) itu mengalami kenaikan 2,7 ytd,” tandasnya.
(yev/cnn)