AKTUALITA.CO.ID – Polisi menetapkan pembunuh berinisial AH (26) di dekat lobi Mal Central Park, Tanjung Duren, Jakarta Barat pada Selasa (26/9) lalu dinyatakan mengidap skizofrenia paranoid. Ia pun tidak dapat dipidana karena gangguan kejiwaan tersebut.
Skizofrenia merupakan gangguan penilaian realitas, ditandai dengan adanya halusinasi seperti mendengar suara-suara bisikan, melihat bayangan-bayangan, merasa di badan seperti ada yang menyentuh/meraba, atau seperti mencium bau-bauan yang tidak ada sumbernya.
Pembicaraan pengidapnya bisa tidak nyambung, juga adanya waham, yaitu keyakinan yang salah, seperti merasa dibicarakan orang lain, seperti merasa ada yang ingin berbuat tidak baik, dan merasa sebagai orang yang berbeda. Sering kali kondisi ini disertai dengan perilaku agresif yang berbahaya seperti marah, merusak, dan melukai orang lain.
Sementara istilah skizofrenia paranoid adalah nama lama untuk subtipe skizofrenia. Para ahli tidak lagi menggunakan istilah ini.
Sebaliknya, para ahli mengenali skizofrenia sebagai penyakit spesifik, yang merupakan bagian dari spektrum kondisi terkait yang melibatkan psikosis.
Skizofrenia paranoid dulunya merupakan subtipe dari kondisi ini karena paranoia umumnya terjadi pada skizofrenia. Paranoia adalah pola perilaku di mana seseorang merasa tidak percaya dan curiga terhadap orang lain dan bertindak sesuai dengan itu.
Delusi dan halusinasi adalah dua gejala yang dapat menyebabkan paranoia. Dikutip dari RMOL di laman Cleveland Clinic, Rabu (25/10/2023), delusi adalah keyakinan salah yang terus-menerus. Seseorang yang memiliki keyakinan delusi biasanya tidak akan berubah pikiran meskipun dihadapkan pada bukti yang kuat.
Delusi yang melibatkan paranoia sering kali bersifat “penganiayaan”. Ini berarti seseorang percaya bahwa seseorang mencoba menyakitinya atau berdampak negatif pada hidupnya.
Halusinasi adalah peristiwa yang dibayangkan seseorang (biasanya dalam bentuk sesuatu yang didengar atau dilihat seseorang). Seseorang yang mengalami halusinasi biasanya tidak dapat mengatakan bahwa apa yang dialaminya tidak nyata.
Hal ini biasanya memicu delusi dengan memberikan “bukti” tambahan kepada orang tersebut untuk memastikan bahwa seseorang mencoba menyakiti atau membuat mereka kesal.
Misalnya, seseorang yang mengidap skizofrenia mungkin percaya bahwa mereka sedang dikejar oleh penegak hukum atau bahwa seseorang mencoba mengendalikannya melalui televisi atau radio. Atau, mereka mungkin mendengar suara-suara yang mengatakan hal-hal jahat tentang mereka.
Orang dengaan paranoia tidak selalu berarti seseorang mengidap skizofrenia. Ini mungkin juga merupakan tanda gangguan kepribadian paranoid.
Kondisi ini biasanya tidak melibatkan delusi atau halusinasi tetapi dapat menyebabkan perasaan curiga dan tidak percaya yang berlebihan terhadap orang lain.
** yev