AKTUALITA.CO.ID – Pakar teknologi pangan Prof Dr Ir Made Astawan MS mengungkap masih adanya kekurangan asupan omega 3 dan 6 untuk anak. Padahal nutrisi yang optimal sangat penting bagi masa depan anak-anak.
“Konsumsi asupan Indonesia yang rendah ada perbandingan dengan indeks daya saing kita nomor 50. Jepang nomor enam dan Amerika nomor dua. Umur harapan hidup kita juga lebih rendah, 70 tahun,” kata dia dikutip dari RMOL, Jumat (25/8/2023).
Sumber Omega 3 bisa berasal dari ikan, seperti kembung, salmon, makarel, sarden dan biji-bijian. Kemudian Omega 6 seperti dari sumber makanan nabati.
“Kalau kurang maksimal, bisa ditambah dari alternatif sumber industri makanan fortifikasi,” kata Prof Made.
Namun sayangnya, hanya dua dari 10 anak Indonesia yang tercukupi asupan omega 3 dan 6. Padahal, anak-anak tentunya adalah generasi emas nantinya.
“Kita akan mencapai bonus demografi 2030, jangan sampai cuma jumlah penduduk nambah tapi tidak berguna. Harus punya daya kompetitif,” kata Prof Made.
Prof Made mengatakan asupan ini adalah suatu asam lemak yang ada di bahan pangan, baik dari hewani maupun nabati. Pada omega 6, ada tiga kandungan penting, seperti EPA, DHA dan ALA.
Mengonsumsi omega 3 dan omega 6 perlu seimbang, jangan ada yang terlalu berlebihan. Kendati boleh omega 6 lebih banyak dari omega 3.
Prof Made mengatakan dampak kekurangan omega 3 bisa meliputi masalah perkembangan otak, konsentrasi, dan daya ingat. Kemudian masalah keterampilan motorik dan fisik.
Ketiga, masalah penglihatan, sehingga asupan ini sangat penting untuk penglihatan. Lalu masalah mood swing hingga menghambat perkembangan sel otak.
Prof Made mengatakan, setiap anak lahir dengan satu miliar sel neuron, namun tidak semuanya berfungsi untuk kecerdasan otak. Untuk memiliki anak cerdas atau tidak, itu bisa dirancang sejak dalam kandungan. Misalnya, memperhatikan menu makanan ibu hamil dan asupan anak sampai usia lima tahun. Kemudian baru perhatikan faktor latihan, stimulasi, maupun pendidikan anak.
Kecukupan gizi pada anak juga dapat terlihat di kemudian hari. Contohnya di usia 40 sampai 50 tahun, yang ternyata bisa dilihat kembali pada pola makan saat balita. Misalnya, ketika dewasa ada risiko kardiovaskular. Berikutnya dampak terhadap daya tahan tubuh, rentan infeksi, sehingga anak kurang gizi berbahaya karena sedikit-sedikit bisa sakit, demam, batuk yang merupakan morbiditas tinggi.
** yev