AKTUALITA.CO.ID – Kasus infeksi virus Powassan memang belum terjadi di Indonesia. Namun tak ada salahnya jika berhati-hati.
Virus ini terdeteksi di Maine, Amerika Serikat dan pasien bernama Robert Weymouth (58 tahun) tergigit oleh kutu dan dinyatakan meninggal dunia.
“Dia (Weymouth) tak bisa menggerakkan tubuhnya. Dia bisa menunjuk kata-kata pada papan (sebelum meninggal). Dia menunjuk kata takut, khawatir, dan frustrasi,” ujar sang istri, Annemarie Weymouth, dikutip dari RMOL, Rabu (31/5/2023).
Berdasarkan data dari Yale Medicine, kasus infeksi virus Powassan mengalami peningkatan yang signifikan dalam 10 tahun terakhir dan kasus ini terbilang langka.
Tingkat kematian mencapai 10 persen, menurut Organisasi Lyme Disease dan belum bisa diobati. Masa inkubasi infeksi virus Powassan adalah sekitar satu pekan hingga satu bulan.
“Tak ada obat, selain penunjang umum bagi individu yang mengalami penyakit ini,” ujar ahli imunologi Johns Hopkins School of Public Health, dr Nicole Baumgarth.
Gejala awal yang kerap muncul menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat adalah demam, sakit kepala, lemah otot, leher kaku, mual, dan muntah.
Namun ada juga gejalanya mirip flu seperti demam, sakit kepala, atau muntah dapat muncul satu pekan hingga satu bulan setelah pasien digigit. Gejala yang lebih serius dapat mencakup peradangan otak atau tulang belakang, kebingungan, kejang, dan kesulitan berbicara dan koordinasi.
Ketika berkembang menjadi lebih berat, virus Powassan bisa menyebabkan infeksi pada otak yang dikenal dengan nama ensefalitis atau infeksi pada membran di sekitar otak dan saraf tulang belakang atau meningitis.
Dr Baumgarth mengatakan, kondisi paling serius terkait infeksi virus Powassan adalah ensefalitis. Tingkat kematian pada kasus infeksi virus Powassan yang telah berkembang menjadi ensefalitis adalah 10-30 persen. Akan tetapi, tak semua orang yang terinfeksi virus Powassan akan mengalami kondisi berat tersebut.
“Ini memang sedikit menakutkan, tapi ini adalah penyakit langka,” kata dr Baumgarth.
Ada beberapa upaya pencegahan yang bisa dilakukan oleh masyarakat, khususnya yang ada berdomisili di area berumput atau penuh pepohonan. Salah satunya adalah menggunakan pakaian lengan panjang dan celana panjang. Selain itu, masyarakat juga dianjurkan untuk memasukkan ujung celana panjang mereka ke dalam kaus kaki.
Anjuran lainnya adalah menggunakan pakaian berwarna cerah, sehingga keberadaan kutu bisa mudah dikenali. Bila melihat kutu, segera singkirkan kutu tersebut dari pakaian. Semprotan anti kutu, seperti permethrin, dapat diaplikasikan pada pakaian.
Masyarakat yang baru pulang dari mendaki gunung disarankan pula untuk segera mencuci pakaian mereka dan menjemurnya di bawah cuaca terik. Akan lebih baik bila pakaian dikeringkan di dalam mesin pengering pakaian bersuhu panas. Jangan lupa untuk selalu mandi setelah beraktivitas di luar rumah.
** yev