AKTUALITA.CO.ID – Kasus cacar monyet di dunia dilaporkan meluas dan 90 persen menyerang homoseksual.
Di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi jumlah kasus cacar monyet atau monkeypox (mpox) per 31 Oktober 2023 terkonfirmasi berjumlah 27 kasus.
Sebanyak 21 kasus di antaranya terkonfirmasi berada di wilayah DKI Jakarta dan sisanya tersebar di Bandung, Tangerang Selatan, Kabupaten Tangerang, dan Kota Tangerang.
“Seluruhnya menular melalui kontak seksual,” kata Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu Maxi dikutip dari RMOL, Rabu (1/11/2023).
Maxi mengatakan, keterbukaan kelompok homoseksual menjadi kunci untuk menelusuri kasus ini agar penanganan cacar monyet menjadi lebih maksimal.
“Kami butuh sekali keterbukaan kelompok yang positif ini. Kalau mereka terbuka, kami akan sangat gampang sekali melakukan tracing,” tutur Maxi.
Dia menjelaskan, sebanyak 42 persen dari total seluruh kasus didominasi oleh penderita berusia 25 hingga 39 tahun. Adapun penderita yang berusia 18 hingga 24 tahun tercatat lebih rendah, yakni sebanyak 12 persen.
Untuk menanggulangi cacar monyet di Indonesia, kata dia, Kemenkes melakukan sejumlah upaya surveilans dan vaksinasi terhadap populasi kunci berisiko yang berjumlah 477 sasaran sejak 23 Oktober, serta bekerja sama dengan berbagai pihak dalam melakukan komunikasi risiko untuk dapat meminimalkan penularan cacar monyet ke orang banyak.
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, penanganan kasus cacar monyet yang sudah tersebar ke luar wilayah DKI Jakarta akan dilakukan dinas-dinas kesehatan terkait melalui fasilitas kesehatan setempat. Di fasilitas kesehatan akan dilakukan pemeriksaan kontak dan penanganan yang sama dengan yang dilakukan di DKI Jakarta berdasarkan surat edaran (SE) yang sudah disebarkan.
Infeksi virus cacar monyet menjadi perhatian di banyak belahan dunia, termasuk Asia Tenggara. Penyakit yang mirip dengan cacar itu disebabkan oleh virus yang ditularkan dari hewan ke manusia dan dapat menimbulkan gejala ringan hingga berat. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menyatakan akan terus mengawal perkembangan kasus cacar monyet di Indonesia.
Ketua Umum Pengurus Besar (PB) IDI Moh Adib Khumaidi menjelaskan, cacar monyet dapat menular tidak hanya dari hewan ke manusia, tapi juga dari manusia ke manusia. Cepatnya penyebaran mpox secara global dia sebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tingginya jumlah orang yang bepergian, perdagangan internasional hewan, seperti monyet, atau munculnya jalur penularan baru dari manusia ke manusia.
“Khususnya melalui hubungan seksual lelaki seks lelaki (LSL). Lalu, munculnya gejala yang tidak biasa dan masih minimnya ketersediaan vaksin mpox di negara-negara berisiko tinggi. Lebih dari 90 persen kasus mpox di dunia dilaporkan pada populasi khusus, yaitu homoseksual dan biseksual,” terang dia.
Lebih dari 90 persen kasus mpox di dunia dilaporkan pada populasi khusus, yaitu homoseksual dan biseksual.
Dinkes Kota Tangerang mengimbau masyarakat untuk melakukan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) dan tidak melakukan seks berisiko untuk menghindari penularan cacar monyet. Seks berisiko yang dimaksud adalah homoseksual atau seks sesama jenis.
“Pasalnya, dari data yang ada di dunia, kasus terbanyak pada laki-laki usia produktif dengan orang dengan HIV (ODHIV) dan beberapa terdiagnosis sifilis,” ujar Kepala Dinkes Kota Tangerang Dini Anggraeni.
Dinkes Kota Tangsel mengonfirmasi bahwa kedua orang yang terkonfirmasi positif cacar monyet di Tangsel berjenis kelamin pria. Kini mereka tengah menjalani isolasi dan dipantau puskesmas setempat.
“Kasus pertama laki-laki domisili baru 10 bulan di Kota Tangerang Selatan dengan KTP luar Tangerang Selatan berusia 24 tahun. Kemudian, kasus kedua laki-laki domisili dan KTP Kota Tangerang Selatan berusia 31 tahun. Keduanya demam, lesi di tangan, wajah, badan, tidak ada penyakit penyerta (komorbid). Tidak ada keluhan dan kontak eratnya dilakukan pemantauan oleh puskesmas setempat,” katanya.
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung menyatakan, satu pasien terkonfirmasi kasus cacar monyet yang saat ini masih menjalani perawatan. Pasien tersebut kini dalam kondisi stabil dan dinilai tidak memerlukan antivirus.
“Lesi ada, cukup banyak juga, tapi tidak masuk, kami lihat tidak masuk kriteria yang berat,” kata Ketua Tim Infeksi Khusus RSHS Yovita Hartantri.
Yovita mengatakan, pasien tersebut datang ke RSHS dengan kondisi yang stabil dan setelah melakukan berbagai pemeriksaan tidak ditemukan kerusakan pada organ jantung maupun liver. “Jadi, kami bersama dengan dokter penyakit kulit dan kelamin, menangani kasusnya hanya memberikan obat-obat topikal dan obat-obat simtomatik,” kata dia.
Ia mengatakan, penderita cacar monyet baru bisa dianggap dalam kondisi berat dan dapat diberikan antivirus apabila pada tubuhnya terdapat banyak lesi serta mengalami gejala lain yang merusak organ tubuh. Di sisi lain, hingga saat ini obat antivirus tersebut juga belum tersedia di RSHS.
Penderita lain yang juga dapat diberikan antivirus adalah mereka yang lokasi lesinya berada di tempat rentan, seperti di sekitar mata yang dapat menimbulkan kebutaan dan di tenggorokan yang bisa menutup jalan napas. Yovita mengimbau masyarakat agar tidak panik, tapi tetap harus waspada.
“Pada kasus cacar monyet itu sebenarnya tidak terlalu mudah untuk menularkan, artinya kalau kita menggunakan sarung tangan atau kalau kita merawat seseorang yang dengan dugaan cacar monyet, cepat cuci tangan,” katanya.
(yev/rmol)